WELCOME TO MY BLOG ~ SEMOGA BERMANFAAT - MOHON TINGGALKAN PESAN

Jumat, 01 Juni 2012

Pengertian peranan kepribadian serta usaha guru dalam mengembangkan peserta didik




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Peran Kepribadian Guru
Ngalim Purwanto (1980:169) menegaskan peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Guru sekolah yang tugas pekerjaannya kecuali mengajar, memberikan macam – macam ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak – anak juga mendidik pekerjaan. sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia baik ditinjau dari sudut masyarakat dan Negara ataupun ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara sehingga tidak salah pepatah mengatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Menurut Cleife (dalam Syah, 2000:252) guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang- cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan walaupun begitu tugas guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para siswa tetapi melatih ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) kepada mereka.
Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasehat- nasehat, motivator, sebgai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai- nilai.

 B.   Peranan dan Tugas Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
  1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  2. Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)
Begitu pentignya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.
Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.
Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.
Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
  1. Mengumpulkan data tentang siswa.
  2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari.
  3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
  4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
  5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
  6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
  7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
  8. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
  9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
  10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya. Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2.      Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
3.      Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
·         Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
·         Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
·         Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
·         Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4.      Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5.      Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6.      Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7.      Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.      Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9.      Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10.  Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11.  Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
12.  Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
13.  Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.Penilaian harus adil dan objektif.
C.   Pengembangan Potensi Kognitif, Fisik dan Psikomotorik
1.      Konsep Pengembangan Potensi Kognitif
Pada dasarnya hakikat pengembangan potensi kognitif terletak pada upaya peningkatan aspek pengamatan, mengingat, berfikir, menciptakan serta kreativitas seseorang. Proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi, dan bahasa individu. Memandang benda yang berayun-ayun diatas tempat tidur bayi, merangkai satu kalimat yang terdiri atas dua kata, menghafal syair, membayangkan seperti apa rasanya menjadi bintang tokoh, dan memecahkan suatu tekateki silang, semuanya mencerminkan peran proses-proses kognitif dalam pengembangannya.
Tingkat intelegensi adalah tingkat kecerdasan yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Intelegensi mempengaruhi cara individu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Semakin cerdas seseorang, maka akan semakin mudah dan cepat ia menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Pengembangan kognitif dimaksudkan agar individu mampu mengembangkan kemampuan persepsinya, ingatan, berpikir, pemahaman terhadap simbol, melakukan penalaran dan memecahkan masalah.Pengembangan kognitif dipengaruhi oleh faktor hereditas, lingkungan, kematangan, minat dan bakat, pembentukan dan kebebasan dari berbagai pengaruh sugesti.
Pengembangan kognitif peserta didik di SD kelas rendah berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan matematik dan pengembangan sains permulaan. Pada pengenalan bilangan, terlebih dahulu diperdengarkan angka dengan menyebutkan angka satu, dua, tiga dan seterusnya.Dengan bertambahnya kecerdasan dan umur barulah diperkenalkan ke lambang bilangan. Anak juga sering menggunakan benda sebagai simbul yang akan membantunya dalam memahami konsep-konsep matematika yang lebih abstrak.
2.      Model Pengembangan Kognitif
Model Bloom.Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.Model ini banyak digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat serta untuk merencanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar sedemikian hingga anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka sepenuhnya. Dengan menggunakan taksonomi ini, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk memperluas proses-proses pemikiran mereka, dimana anak dapat dengan segera mengenali cara bagaimana berpikir, pada tingkat mana pertanyaan yang mereka ajukan dan sifat kegiatan dimana mereka terlibat.
3.      Konsep Pengembangan Potensi Fisik
Perlu kiranya diketahui bagaimana cara kita dapat meningkatkan potensi fisik peserta didik tersebut. Pertumbuhan fisik peserta didik berpengaruh terhadap potensi lain yang dimilikinya (kognitif, sosial, emosi). Potensi fisik merupakan potensi yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.Misalnya mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.Peningkatan potensi fisik dapat dilakukan dengan pembelajaran jasmani (olah raga) dan pemenuhan asupan gizi yang berkualitas.
Dalam kaitannya dengan peningkatan potensi fisik peserta didik, maka antara metode pembelajaran jasmani berbanding lurus dengan penanaman nilai gizi atau nutrisi yang seimbang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan asupan gizi atau nutrisi yang seimbang dengan latihan-latihan fisik (olah raga) yang cukup. Pembelajaran jasmani (physical exercises) dapat meningkatkan kebugaran fisik dan mencegah penyakit pada anak.
4.      Pembelajaran Dasar Untuk Pendidikan Jasmani
Kemampuan pengelolahan tubuh merupakan kemampuan paling dasar yang dikuasai anak bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan tentang tubuhnya.Termasuk di dalamnya adalah kesadaran tubuh dan geraknya. Ke dalam bagian ini dapat dirinci hal-hal khusus seperti:
a         Kesadaran tubuh
Kesadaran tubuh menunjuk pada kemampuan untuk mengenal nama-nama bagian tubuh yang bermacam-macam serta kemampuan untuk mengontrol setiap bagian tersebut secara terpisah. Bagian-bagian tubuh tersebut melibatkan tiga wilayah meliputi:
1)      wilayah kepala: dahi, muka, pipi, alis, hidung, mulut, telinga, rahang, dagu, mata,dan rambut;
2)      wilayah badan bagian atas: leher, bahu, dada, perut, lengan, tangan, siku,pergelangan, telapak, dan jari-jari; dan
3)      wilayah badan bagian bawah: pinggang, pinggul, pantat, paha, lutut, betis,pergelangan kaki, punggung kaki, tumit, bola-bola kaki dan jari-jari.
b        Kesadaran ruang
Kemampuan kesadaran ruang menunjuk pada posisi tubuh dikaitkan dengan ruang sekelilingnya.Ini merupakan dasar dalam perkembangan kemampuan gerak-perseptual anak.Yang dimaksud gerak perseptual adalah gerak yang dihasilkan oleh kemampuan anak didik untuk mengindera rangsangan dan menentukan gerak yang sesuai untuk menjawab rangsang itu. Dalam hal ini anak akan mengenal ruangnya sendiri, ruang secara umum, arah gerak, jalur gerak, tingkatan, serta jarak.
5.      Pemahaman Nilai Gizi Dalam Meningkatkan Potensi Peserta Didik
Asupan gizi yang baik dan seimbang yang terdiri dari kecukupan kalori (energi) dan protein serta kecukupan gizi secara mikro, seperti vitamin dan mineral perlu diberikan pada anak pada masa tumbuh kembang (SD).Pemahaman nilai gizi seimbang ini sebaiknya menjadi kebutuhan keluarga muda, orang tua, ibu hamil dan menyusui serta anak itu sendiri. Sebab orang tualah (terlebih kaum ibu) yang sangat dekat dengan anak dan bertanggugjawab terhadap pemenuhan kebutuhan anak. Anak usia SD perlu ditanamkan nilai gizi agar sadar akan kebutuhan dan tidak makan atau jajan sembarangan.
AhmadDjaeni Sediaoetama (2000) menyatakan bahwa kelompok rentan terhadap ketidakcukupan gizi di Indonesia antara lain : Kelompok Bayi, Balita, Kelompok Anak Sekolah, Kelompok Remaja, Kelompok Ibu Hamil, Ibu yang Menyusukan dan Manusia Usia Lanjut (Manula).

D.   Konsep Penigkatan Potensi Psikomotorik
1.      Tahapan Dalam Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik
a         Tahap Kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat.Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan gerakanya.Dia harus berfikir sebelum melakukan suatu gerakan, pada tahap tersebut siswa sering membuat kesalahan dan kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.
b        Tahap Asosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu gerakan gerakan dalam tahap ini belum menjadi gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa ataupun anak masih menggunakan pikiranya untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang diperlukan untuk berfikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif.Gerakannya sudah tidak kaku kerena waktu yang dipergunakan untuk berfikir lebih pendek.
c         Tahap otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya.Tahap ini disebut tahap otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan gerakan.Pada tahap ini gerakan yang dilakukan secara spontan oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajaran untuk memikirkan tentang gerakanya.
2.      Stimulasi Untuk Meningkatkan Potensi Psikomotorik
Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan anak menstimulasi mereka untuk bergerak secara bebas. Stimulasi dapat dilakukan dengan menyediakan ruang gerak yang memungkinkan untuk berlari melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang maksimal. Selain itu penyediaan alat bermain diperlukan untuk mendorong anak meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya. Stimulasi stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar, koordinasi halus (finer coordination), fisik dan stamina. Tumbuh kembang potensi psikomotorik anak memerlukan stimulasi stimulasi guna tercapai pengoptimalannya. Pada anak anak dapat dilakukan stimulasi diantaranya dengan :
a         Diberikan dasar dasar ketrampilan untuk menulis dan menggambar;
b         Ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga;
c         Gerakan geraka permainan, seperti melompat memanjat dan berlari; dan
d        Baris berbaris secara sederhana.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara menggambar, menari, memainkan alat musik (piano, guitar), anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan seperti bermain kelereng. Peningkatan potensi psikomotorik halus ini merupakan modal dasar untuk menulis.
3.      Belajar Ketrampilan Fisik Untuk Meningatkan Potensi Psikomotorik
Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila yang bersangkutan telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan (seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar. Untuk belajar memperoleh kemampuan keterampilan jasmani ini, siswa tidak hanya cukup dengan latihan dan praktek, tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory-motor learning (belajar keterampilan inderawi-jasmani). Cukup banyak keterampilan inderawijasmani yang rumit dan karenanya memerlukan upaya manipulasi (penggunaan secara cermat), koordinasi dan organisasi rangkaian gerakan secara tepat (Muhibbin Syah, 2008).
Pola-pola gerakan yang cakap dan terkoordinasi itu tak dapat tercapai dengan baik semata-mata dengan mekanisme sederhana, tetapi dengan menggunakan proses mental yang sangat kompleks. Proses belajar keterampilan tertentu (khususnya di sekolah) merupakan pendukung yang sangat berarti bagi perkembangan motor atau fisik anak, terutama daam hal perolehan kecakapan-kecakapan psikomotor atau ranah karsa anak tersebut. Perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti dan tidak meluas menjadi keterampilan psikomotor yang berfaedah tanpa dukungan proses belajar atau usaha-usaha kependidikan pada umumnnya. Belajar ketrampilan fisik untuk meningkatkan potensi motorik di sekolah dasar meliputi hal-hal berikut (Muhibbin Syah, 2006).















BAB IV
PENUTUP

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas, 2005).
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.




REFERENSI:
Departement Pendidikan Nasional. UU No 20 Tahun 2003: Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakaarta: Depdiknas.
Sudrajat, Akhmad. 2010. Peran Pendidikan Menuju Bangsa Yang Bermartabat. Diakses dari:
Sudrajat, Akhmad. 2010. Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Diakses dari:
Makmun Syamsuddin Adin. 2005. Psikologi Kependidikan. Penerbit P.T. Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar